cerpen



AKANKAH ...

Senja kala itu ..
Ku tatap sang fajar yang mulai kembali ke singgasananya.
Pepohonan mulai begoyang mengikuti gerak sang bayu.
Krik..krik.. jangkrik sawah mulai mendengungkan suara merdunya.
Aku, hanya duduk terpaku dengan tatapan nanar melihat keindahan itu. Goresan luka yang hingga kini belum terobati, malah kian menjadi momok yang selalu menghantui hariku. Bayangmu masih terkelibat setiap saat. Kenangan itu selalu mengusik jiwa ini untuk kembali mengulangnya. Khayalku tertuju pada kenangan itu lagi. Dua tahun yang lalu, saat kau sayatkan sembilu di hati ini.
“Maaf, untuk saat ini kita break dulu ya. Aku mau konsentrasi akademiku dulu. Aku janji, setelah wisuda nanti aku akan kembali lagi sama kamu. Kamu setia nunggu aku kan?”. Yah itulah kata yang terakhir dia ucapkan padaku. Masih terekam jelas dalam memory ingatku dan selalu terngiang di telinga.
Sebut saja namanya ‘Abfa’. Sosok lelaki yang selalu membayangiku dengan kenangan manis yang tak terlupakan. Saat pertama kali berjumpa, senyumnya yang begitu menawan membuatku jatuh hati. Hari-hariku terasa sempurna akan hadirnya. Semua yang ku lalui bersamanya mungkin tak akan pernah ku lupakan. Namun dia telah berdusta, mengkhianati janji manis yang dia ucapkan padaku. Dia melupakanku dengan mudahnya. Meninggalkanku setelah wisuda itu terlaksana. Tak ada lagi sapa darinya saat kita berjumpa, tak ada senyum yang dulu kudamba. Hanya tatapan dingin yang kuterima.
Aku tersadar dari khayalku, dan ternyata butiran-butiran air mata membasahi pipiku. Beribu tanya memenuhi otakku yang kini terasa penat dan pening. Mengapa dia membohongiku? Mengapa dia tak menepati janjinya? Mengapa dia dengan mudahnya melupakanku? Mengapa semua ini terjadi padaku, apa salahku padanya? Mengapa ??  Apakah ini balasan dari kesetiaanku padanya? Apakah ini adil?. Aku butuh jawaban atas semua pertanyaanku itu.
Kadang aku berfikir, mengapa aku tetap setia pada seseorang yang sudah jelas tak mencintaiku. Dan tetap bertahan dalam kondisi serumit ini. Mengapa aku tidak bisa melupakannya, padahal dia sama sekali tak mengingatku lagi. Hingga detik ini aku belum menemukan jawaban atas semua pertanyaanku itu.
Huhh, aku rindu senyumnya. Rindu canda tawanya. Rindu semua darinya. Akankah terulang kembali??

Comments

Popular posts from this blog

analisis puisi

Cerpen