cerpen



Kasih tak Sampai

Aku sayang kamu”. Begitulah ungkapan rasa sayang Alex pada kekasihnya, Rose.
A
lexander Ariashena. Cowok keren yang menjadi dambaan cewek-cewek di SMA Bima Sakti, yang akhirnya menjadi pangeran untuk Rosella Anggara, cewek mungil berjilbab dengan senyuman manis dan tingkah anggunnya.
Namun tiba-tiba, Luna mengagetkan Alex “Dasar PLAYBOY!!”. Kata kata itu selalu terngiang nyaring di telinga Alex, dan dia tidak paham akan maksud dua buah kata yang terucap dari bibir mungil Luna. Setelah kejadian itu, Alex teringat akan memory kenangannya tiga tahun yang lalu. Saat bertama kali dia bertemu dan berkenalan dengan Luna.
SMP Bhakti Persada, tempat pertama kali Alex bertemu dengan Luna di kelas 7C. Kenal karena hal yang sangat sepele, yaitu minta nomor HP. Alex yang dulu lugu, polos, dan tak kenal wanita akhirnya jatuh cinta pada Luna. What is love at first sight? Mmm, maybe.
Setiap di kelas, Alex selalu merasa melayang di angkasa karena Luna. Ya, Luna Teratai. Cewek sederhana, selalu senyum dan sangat manis. Itulah yang membuat Alex terbayang-bayang akan wajah Luna yang selalu fresh dan tak dibuat-buat. Saat Valentine day tiba, Alex memberanikan diri untuk memberi sebuat coklat untuk Luna yang di dalamnya terdapat secarcik surat. Luna yang akhirnya tahu bahwa coklat itu dari Alex, dia pun berterima kasih padanya. Alex hanya tersipu malu atas ucapan terima kasih dari Luna. Hari-harinya selalu bahagia karena gadis manis itu.
Namun tak selamanya mereka dapat bersama. Tahun kedua. Saat kenaikan kelas, alangkah sedihnya Alex karena harus berpisah dengan gadis yang dia sayangi. Dan setelah perpisahan singkat itu, mereka missed communication. Tak ada sapa, canda, tawa, dan kabar lagi antara mereka berdua.”Aku merasa kehilangan dia, aku sangat merindukannya. Namun akankah dia juga merindukan ku?” begitulah jeritan hati Alex yang sedang terlunta-lunta. Kini hari-harinya hampa, kosong seperti tanpa semangat. Alex hanya bisa berdoa agar dia dipertemukan dengan Luna kembali.
Sampai suatu pagi saat Alex tiba di sekolah. “Ehemm, hai Alex” kata seseorang sambil menepuk pundaknya dari belakang. Alex kaget karena ada suara perempuan yang mengagetkannya. Dia berfikir sejenak “Kok pagi-pagi begini ada suara cewek yang mengagetkan aku sih? Wah jangan-jangan memang benar kalo sekolah ini angker, ada penunggunya” fikir Alex dengan bulu kuduk yang sudah berdiri. “Hei,kok diem sih? Sombong ya sekarang” kata cewek tadi. Alex yang sebenarnya merinding disko memberanikan diri menengok seseorang yang menepuk pundak dan menyapanya tadi. Setelah dia berbalik, dia sangat terkejut. Ternyata di luar dugaannya tadi, bukan hantu atau penunggu sekolahnya yang menyapanya tadi melainkan bidadar i jatuh dari langit ke-7. Luna. Tersenyum manis di hadapann Alex. Alex semakin tak berdaya olehnya. Dag..Dig..Dug..DUAR! Degupan nadinya bergetar dan sangat kencang. Mungkin jika ada yang bisa mendengarnya, degupan jantung Alex bisa mengalahkan speaker atau toa di mushola sekolahnya (Hehehe..berlebihan kali ya J). Luna tampak sangat cantik, senyumnya yang menawan mengalahkan cerahnya awan pagi ini. Rambutnya di kucir satu seperti ekor kuda, dan yang paling mengejutkan lagi Luna sekarang berponi. Semakin cantik saja dia hari demi hari. Alex yang tak berdekip sekalipun karena Luna tergagap karena Luna menyapanya lagi. “Lex, kenapa sih kamu? Daritadi diem terus. Liatin apa sih sampai segitunya, aku aneh ya?” ucap Luna sambil membetulkan poni barunya sambil mengibaskan rambut hitamnya itu. “E..e..enggak kok. Aku nggak apa-apa. Hehe, kaget aja lihat poni baru kamu. Caa..” tiba-tiba Alex diam dan tak berani melanjutkan kalimatnya. Padahal dia ingin sekali memuji Luna yang menurut Alex, dia sangat cantik. Namun Alex tak dapat meneruskannya, seperti ada desakan yang melarangnya untuk mengatakan itu. “Caa apa Lex? Ehh nggak penting juga deh. Hehe, nggak usah di jawab. Kamu gimana kabarnya, nomor ponsel kamu ganti ya? Kasih dong”. Alex hanya diam dan mengambil secarci kertas dan menuliskan nomor ponselnya yang baru dan memberikannya pada Luna. “Thank’s ya Lex, ntar aku message kamu. Daa Alex” kata Luna sambil melangkah meninggalkan Alex yang masih melamun saja sedari tadi. Dan komunikasi antara keduanya semakin membaik setelah pertemuan di pagi itu.
Ketika tour, Alex sangat sedih karena tak melihat Luna sekalipun. “Luna kemana ya, sudah tiga hari aku tidak lihat dia. Aku SMS nggak pernah dibales, ditelpon direject terus” batin Alex. Alex kini sedang galau tingkat tinggi karena Luna. Semenjak pulang tour komunikasi mereka renggang lagi.
Tahun ke-3 saat mereka menginjak kelas IX. Alex sangat berharap dia bisa sekelas lagi dengan Luna, karena dia sangat rindu pada Luna. Dan harapannya terkabul. Saat pembagian kelas ternyata Alex sekelas dengan Luna. Dia sangat senang. Hari-harinya pun akhirnya bahagia lagi seperti dahulu.
Luna semakin cantik saja sekerang, dan Alex terpesona olehnya. Alex berusaha mendekati Luna kembali, dan dia berrencana untuk menyatakan cintanya kembali pada Luna. Saat Alex ulang tahun, Luna memberinya sebuah hadiah spesial. Alex menyadarinya saat pulang sekolah, dan ia memuka tasnya. Ada sebuah kotak dengan sampul hati berwarna merah marun yang terbungkus rapi. Alex sangat terkejut, saat ia membuka bungkusan itu. Sebuah kado dari Luna ternyata. Berisi sajadah dan sebuah jam tangan. Di dalamnya ada sepucuk surat yang kemudian dipungut Alex dan dibacanya, surat itu berbunyi :
Dear Alex,
Selamat ulang tahun ya ..
Semoga panjang umur, sehat, dan sukses selalu. Aku hanya bisa memberikan hadiah sederhana ini. Aku ingin saat kau melihat jam tangan ini kau ingat waktu untuk selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah pada kita, dan rasa syukurmu kau ungkapkan dengan sujudmu di atas sajadah ini. Semoga dua benda ini bermanfaat untukmu.
Dengan penuh senyuman
Luna
Alex membaca sambil menitikan air mata haru dan bahagia. Ternyata Luna sedewasa itu untuk menyimpulkan dua buah benda yang diberikannya padaku, batin Alex. Mungkin ulang tahunnya ini adalah hari terindah dan tak akan pernah terlupakan.
Namun komunikasi mereka mulai merenggang lagi karena Try Out dan Ujian telah menanti mereka. Ketika pengumuman tiba, Alex gemetar. Keringat dinginnya segede jagung telah membasahi seragam putihnya. Dia berharap lulus dengan nilai memuaskan, sehingga dia bisa memilih sekolah favoritnya. Dan pastinya, dia juga berdoa untuk sang pujaan hatinya. Luna. Dan, akhirnya seluruh siswa SMP Bhakti Persada lulus dengan nilai yang memuaskan.
Saat wisuda tiba, Alex tampak gagah dengan kemeja putih dengan jas hitamnya. Di luar dugaan Alex, Luna tampak seperti bidadari yang cantik jelita. Luna mengenakan kebaya merah, dengan hiasan bunga di sanggulnya, dan sepatu berhak tinggi. Senyumnya yang merekah bak mawar merah yang kian membuat ayu paras Luna. Alex tidak berkedip sedikitpun, dia ingin sekali berfoto dengan Luna. Dan lagi-lagi harapannya menjadi kenyataan, hingga saat ini foto bersama Luna saat wisuda masih ia simpan sebagai kenangan yang terindah.
“Hai, kok ngelamun aja sih dari tadi” kata Rose mengagetkan Alex. DUAR !! kenangannya  selama tiga tahun silam kini buyar oleh sapaan Rose. “Hmm, aku nggak ngelamun kok Rose. Aku hanya sedang melihat awan cerah di atas sana” jawab Alex yang ternyata berbohong. “Kamu kenapa sih Lex, akhir-akhir ini sering diem? Ada masalah ya? Cerita dong sama aku, aku akan selalu mendengarkan cerita kamu. Dan kalau bisa, aku pasti cariin jalan keluar kok” kata Rose dengan senyuman manisnya. “Iya sayang, terima kasih. Aku nggak apa-apa kok” jawab Alex sambil mencubit hidung mungil Rose. “Ya sudah, aku percaya kamu kok sayang” ucap Rose lagi. Alex kini sudah bahagia dengan cinta barunya, Rose. Dan dia akan mengubur dalam-dalam masa lalunya bersama Luna tiga tahun yang lalu. Karena itu hanya sepenggal cerita cinta Alex yang tak akan pernah terungkap pada Luna, kasih yang tak sampai.

Comments

Popular posts from this blog

analisis puisi

Cerpen