Cerpen



Angan Ilalang

“Selamat pagi melati putih”
“Selamat pagi juga mawar merah”
“Kamu kian merona ya hari demi hari, merekah begitu cerah”
“Hmm, kamu juga begitu kok”
“Selamat pagi melati putih, mawar merah”
“Pagi juga ilalang”
“Kalian tampak bersinar, dan aroma kalian tetap membuat senang semua orang”
“Terima kasih pujiannya ilalang, tapi maaf kami tetap tidak akan mencabut pendapat kami kalau kamu tetap dekil, hanya bisa bergoyang mengikuti angin bagai tak berpendirian, dan pastinya kamu nggak berguna buat orang-orang besar di sana”
Begitulah percakapan singkat antara melati putih, mawar merah, dan ilalang. Pagi itu mentari menghangatkan bumi yang kini mulai gersang. Burung-burung berkicau riang di ranting pohon. Semut merah saling bersalaman satu sama lain, menyapa dan mengucap selamat pagi. Katak hijau berjejeran di pinggir sungai kecil, merasakan segarnya air yang mengalir pagi itu. Ayam saling berkokok saut menyaut menyambut sang fajar.
Namun ilalang hanya diam, mungkin dia sedang berfikir mengapa teman-temannya selalu mencacinya. Ya memang dia akui, mawar dan melati selalu memiliki daya tarik mereka sehingga manusia senang merawat mereka. Namun ilalang? Dia hanya tertunduk dengan muka kaku, dan perasaan pilu. Ya, ilalang cemburu dengan mawar dan melati. Ilalang kadang berfikir, mengapa dia di takdirkan tak memiliki fisik sempurna layaknya mawar dan melati. Bahkan dia merasa ketidakadilan Tuhan terhadap hidupnya itu. Dia merasa tak ada gunanya dia diciptakan.
“Hai ilalang, kenapa kamu bersedih? Padahal semua menyambut mentari dengan senyum manis”
“Aku cuma berfikir, apa gunanya aku diciptakan Tuhan di dunia ini”
“Jangan menyerah ilalang, suatu saat pada suatu waktu kamu juga akan temukan jawaban atas kegalauanmu selama ini”
“Kamu bisa ngomong seperti itu karena kamu sudah tau jati dirimu, kupu-kupu. Kamu punya fisik yang indah, kamu cantik, dan yang pasti kamu juga berguna. Sebaliknya, aku? Aku Cuma ilalang liar, yang hanya tumbuh tanpa dirawat. Dan sering diinjak manusia karena liarnya pertumbuhanku”
“Aku bisa jadi seperti ini karena aku bisa menemukan jawaban arti hidupku. Aku harus menjadi telur, ulat, kepompong dan hingga akhirnya aku bisa menjadi kupu-kupu. Itu kan juga proses menuju kesempurnaan”
“Lalu menurut kamu apa yang harus aku lakukan biar nemuin jati diriku. Biar ada gunanya aku hidup”
“Tengoklah dulu semua tentang dirimu. Dan khayalkan apa yang kamu inginkan. Introspeksi diri, dan percayalah. Pasti suatu hari ada keajaiban yang datang ke kamu”
Ilalang mulai menampakkan senyum mungilnya. Dia melihat pada awan biru di angkasa, dan mulai memandangnya lebih lama. Kupu-kupu meninggalkan ilalang sendiri. Mungkin ilalang mulai mencari jati dirinya. Dan dia ingin menjadi sosok yang berguna. Ya, angan ilalang ...

Comments

Popular posts from this blog

analisis puisi

Cerpen